Rabu, 24 April 24

Mentoring adalah ‘Fardu Kifayah’

Mentoring adalah ‘Fardu Kifayah’

Oleh: Budi Rahardjo, PhD, Dosen Teknik Elektro ITB
Suatu ketika ada yang bertanya kepada saya kenapa saya mau melakukan mentoring, yaitu mengajari yang orang lain (yang biasanya lebih muda) dalam hal entrepreneurship atau start-up? Pasalnya saya melakukan ini seringkali tidak dibayar.

Pertama, saya melihat model ini berjalan di luar negeri, yaitu di Silicon Valley. Boleh disimak perjalanan hidup dari para entrepreneur yang sukses. Steve Jobs saja melakukan mentoring (secara tidak formal) kepada Nolan Bushnell, pendiri Atari. Demikian pula para jawara start-up sekarang juga melakukan mentoring kepada Steve Jobs. Nanti yang berikutnya juga melakukan mentoring kepada Mark Zuckerberg, dan seterusnya. Intinya adalah ini adalah model yang dilakukan di sana.

Kedua, proses turunnya ilmu itu banyak yang dilakukan di luar kelas formal. Sekolah memiliki keterbatasan; jadwal yang ketat, sumber daya (ruangan, orang, dan lain-lain) yang terbatas, dan seterusnya. Maka mentoring adalah salah satu solusi.

Jika mentoring ini tidak dilakukan, maka tidak dapat naik kualitas entrepreneur pada masyarakat sekitarnya. Kalau saya tidak membina yang muda-muda, nanti bagaimana ceritanya kalau saya sudah tua? Saya tidak dapat ndompleng mereka. hi hi hi.

Agar mudah dicerna, saya katakan mentoring  adalah fardu kifayah. (Dalam agama Islam, ada kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh masyarakat. Jika salah satu sudah melakukannya, maka yang lain tidak wajib. Sudah gugur kewajibannya. Jika tidak ada yang melakukan, maka berdosalah seluruh masyarakat itu. Ini namanya fardu kifayah). (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.