BERAWAL dari hobi membaca, akhirnya Azmi Abu Bakar mengundurkan diri dari salah satu perusahaan di Jakarta untuk membuka usaha toko buku. Pria asal Aceh ini tertarik untuk mempelajari kebudayaan Tionghoa tentang diskriminasi etnis di suatu negara. Sehingga mahasiswa lulusan Teknik Sipil di Institut Teknologi Indonesia di Tangerang ini membuka Museum Pustaka Peranakan Tionghoa untuk mendokumentasikan kembali sejarah etnis Tionghoa di Indonesia. Museum tersebut berlokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten.
Sederet papan nama bekas tampak dipajang di pintu masuk Museum dan jendela kaca ruko bertuliskan Lie kim in. Tjia Gwan Soei. Teng Tjwan Seng. Oei Djoe Gwan, di mana pada suatu masa, papan itu memang pernah berjaya menandai rumah mereka.
Papan nama menjadi bagian ingatan negeri ini ketika sebuah kekuasaan berusaha memberangus budaya Tionghoa. Salah satunya, peraturan yang “mengimbau” untuk mengganti nama Tionghoa menjadi nama Indonesia. Padahal, orang-orang Tionghoa telah menghuni Nusantara sejak ratusan tahun silam. “Bagaimana dia mengubur namanya dengan membalik papan nama—dan menuliskannya dengan nama baru.
Pada tahun 300an seorang pendeta bernama Fa Hian yang berasal dari Tiongkok melakukan perjalanan ke India, saat perjalanan pulang, ia singgah di Jawa selama lima bulan. Berdasarkan buku catatan yang dibuat oleh Fa Hian, bahwa ia telah menemukan kipas bermotif Cina.
Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran Tiongkok pun mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada prasasti – prasasti dari Jawa orang Tionghoa disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anak benua India. Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana.
Azmi mengatakan banyak yang ingin mendanai Museumnya tersebut, tetapi Azmi menolak karena dia yakin bahwa museum yang dibangun itu bukan untuk komersil. (Edwin B/Obsessionnews)