Sabtu, 20 April 24

Agus Martowardojo Mampu Menahan Badai di Tengah Krisis Ekonomi

Agus Martowardojo Mampu Menahan Badai di Tengah Krisis Ekonomi
* Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (Foto: Sindonews)

Jakarta, Obsessionnews.com – Karier seorang Agus Martowardojo tidak pernah lepas dari dunia perbankan. Puncak kariernya ia dapat setelah dipercaya menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 2013 lalu. Lima tahun menjabat sebagai orang nomor satu di BI, kini Agus dikenal sebagai salah satu bankir terbaik yang mampu menjalankan tugasnya menjaga stabilitas ekonomi, dan dunia perbankan nasional.

Capaian kinerja Agus bisa dilihat laporan pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 5,06% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,01% (yoy). Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 sejalan dengan perkiraan BI.

Pihak BI mengungkapkan, membaiknya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 didorong oleh meningkatnya kinerja ekspor dan investasi, serta konsumsi yang relatif terjaga. Perbaikan kinerja ekspor terutama dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas seperti CPO dan batu bara, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Disebutkan bahwa investasi tumbuh meningkat mencapai level tertinggi sejak Triwulan I 2013 didukung baik oleh investasi bangunan dan nonbangunan. Investasi bangunan tumbuh tinggi sejalan dengan terus berlanjutnya pembangunan infrastruktur pemerintah disertai peran sektor swasta, sementara investasi non bangunan juga tumbuh tinggi didorong oleh pembelian mesin dan perlengkapan.

“Di sisi lain, kinerja konsumsi pemerintah membaik sejalan dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, sementara konsumsi rumah tangga tetap terjaga meskipun tumbuh sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya,” demikian disampaikan Departemen Komunikasi BI seperti yang dikutip dari website resmi BI.

Ke depan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi terus membaik. Dukungan harga komoditas yang masih tinggi dan perbaikan perekonomian dunia yang terus berlanjut akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Indonesia. Sejalan dengan peningkatan ekspor, investasi juga diperkirakan terus meningkat didukung percepatan reformasi struktural untuk penciptaan iklim investasi yang semakin kondusif.

“Bank Indonesia terus mencermati berbagai perkembangan domestik dan eksternal, serta terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk memastikan stabilitas makro ekonomi dan keuangan tetap terjaga. Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh diharapkan semakin memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi, ” jelasnya.

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi meningkat terutama didorong oleh akselerasi sektor konstruksi dan industri pengolahan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua melambat disebabkan, antara lain, produksi pertambangan yang masih terbatas. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 sekitar 5,1% dan akan meningkat lebih tinggi pada kisaran 5,1%-5,5% pada 2018.

Selain itu, surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2017 juga dilaporkan meningkat signifikan. Hal ini ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan peningkatan surplus transaksi modal dan finansial.

Defisit transaksi berjalan tercatat 1,65% PDB, membaik dari defisit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,91% PDB. Penurunan defisit transaksi berjalan ini seiring dengan ekspor yang meningkat secara nilai dan volume, di tengah impor yang juga mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan permintaan domestik.

Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial meningkat tajam dibandingkan dengan surplus triwulan II 2017, terutama didukung oleh besarnya arus modal masuk dalam bentuk investasi langsung, sejalan dengan optimisme terhadap prospek ekonomi domestik.

Pada Oktober 2017, surplus neraca perdagangan secara kumulatif dari awal tahun tercatat sebesar 11,78 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,65 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2017 tercatat 126,5 miliar dolar AS, cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Untuk keseluruhan 2017, kinerja NPI diperkirakan tetap positif ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial dengan defisit transaksi berjalan terjaga di bawah 2% PDB,” ungkap pihak BI.

Dalam hal Inflasi, BI juga menyebut wilayah ini tetap terjaga pada level yang rendah. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober 2017 tercatat 0,01% (mtm) atau 3,58% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi Oktober tiga tahun terakhir sebesar 0,18% (mtm).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi hingga bulan Oktober mencapai 2,67% (ytd). Terkendalinya inflasi terutama disumbang oleh tren menurun inflasi inti seiring terjangkarnya ekspektasi inflasi, rendahnya harga impor dan terbatasnya permintaan domestik. Inflasi volatile food juga tercatat rendah, didukung perbaikan sisi pasokan dan dampak positif berbagai kebijakan Pemerintah.

Sementara itu, inflasi administered prices tetap terkendali. Inflasi hingga akhir tahun 2017 diperkirakan akan tetap rendah yaitu sebesar 3,0%-3,5% atau berada dalam batas bawah kisaran sasaran 4±1%. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran sasaran 3,5±1% pada 2018.

Demikian juga stabilitas sistem keuangan, BI mengungkapkan kondisi ini tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang belum kuat. Terjaganya stabilitas sistem keuangan tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi pada level 23,0% dan rasio likuiditas (AL/DPK) pada level 22,6% di September 2017.

Pada bulan yang sama, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) berada pada level 2,9% (gross) atau 1,3% (net). Pertumbuhan kredit September 2017 tercatat 7,9% (yoy), turun dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2017 tercatat 11,7% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 9,6% (yoy).

Untuk keseluruhan tahun 2017, DPK diperkirakan tumbuh sekitar 10% dan kredit tumbuh lebih rendah dari perkiraan semula yaitu menjadi sekitar 8%. Dengan mempertimbangkan masih rendahnya pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia menetapkan Countercyclical Capital Buffer (CCB) tidak berubah yaitu 0%.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong upaya bank dalam meningkatkan fungsi intermediasi. Bank Indonesia bersama otoritas terkait akan terus berkoordinasi untuk memastikan stabilitas sistem keuangan dapat tetap terjaga guna mendukung momentum pemulihan ekonomi. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.