Kamis, 28 Maret 24

Breaking News
  • No items

20 Tahun Reformasi Rakyat Belum Nikmati Demokrasi

20 Tahun Reformasi Rakyat Belum Nikmati Demokrasi
* Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris. (Foto: dok. pribadi)

Jakarta, Obsessionnews.com – Hari ini era reformasi berusia 20 tahun. Bangsa Indonesia memasuki era reformasi 20 tahun lalu setelah lengser keprabonnya Presiden Soeharto. Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai 20 tahun reformasi rakyat belum dapat menikmati demokrasi, karena dibajak oligarki di politik, ekonomi, dan hukum

Hari ini 20 thn lalu Soeharto lengser. Apakah tuntutan reformasi sdh tercapai. Saya kira belum. Demokrasi sdh baik tapi blm dinikmati rakyat krn dibajak oligarki di politik, ekonomi & hukum. Korupsi marak. Diskriminasi rasial msh ada. Krn itu civil society hrs tetap mengawalnya,” tweet Peneliti Senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini di akun Twitternya, @sy_haris, Senin (21/5/2018),

20 tahun silam aksi reformasi yang digerakkan mahasiswa berhasil menjungkalkan Soeharto dari singgasana kekuasaannya, dan sekaligus menggagalkan Soeharto menjadi presiden seumur hidup.

Nasib Soeharto mengikuti pendahulunya, Soekarno, yang dipaksa keluar dari Istana Presiden tahun 1966 akibat unjuk rasa besar-besaran oleh mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat, sebagai buntut pemberontakan G-30-S/PKI tahun 1965. Kejatuhan Soekarno pada tahun 1966 itu berarti ia gagal menjadi presiden seumur hidup!

Soeharto identik dengan Orde Baru (Orba) dan Golkar. Soeharto memegang tampuk kekuasan Orba selama 32 tahun, yakni 1966-1998. Pensiunan jenderal TNI itu merupakan salah seorang presiden yang lama berkuasa di dunia. Lamanya Soeharto berkuasa tersebut berkat dukungan dari Golkar yang didirikannya.

Tak ada yang abadi di dunia. Demikian juga dengan kekuasaan Soeharto. Soeharto mengakhiri kekuasaannya dengan tragis pada 21 Mei 1998. Ia mengundurkan diri karena gerakan reformasi yang dimotori para mahasiswa.

Pada Juli 1997 terjadi krisis ekonomi yang memporakporandakan perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi terus berlanjut hingga Sidang Umum MPR pada Maret 1998 yang memilih kembali Soeharto untuk ketujuh kalinya sebagai Presiden.  Setelah Soeharto dilantik menjadi Presiden pada Maret 1998, muncul aksi unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah yang tak mempercayai kepemimpinan Soeharto. Soeharto dianggap gagal mengatasi krisis ekonomi. Mahasiswa menuntut reformasi di bidang hukum, politik, dan ekonomi. Intinya mahasiswa menuntut Soeharto mundur dari jabatannya karena  diduga terlibat korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Gelombang demo besar-besaran dilakukan mahasiswa dan berbagai elemen  masyarakat untuk menggulingkan Soeharto setelah tewasnya beberapa mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, yang ditembak oleh aparat keamanan pada 12 Mei 1998.

Akibat unjuk rasa besar-besaran tersebut Soeharto akhirnya mengambil keputusan mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Berhentinya Soeharto sebagai Presiden itu mengakhiri kekuasaan Orba. Selanjutnya Wakil Presiden BJ Habibie naik kelas menjadi Presiden.

***

HABIBIE melakukan sejumlah reformasi di bidang politik, antara lain mengizinkan berdirinya partai politik (parpol) baru. Sedangkan sebelumnya di era Orba hanya terdapat tiga parpol, yakni Golkar, PPP, dan PDI. Selain itu pemerintahan Habibie memutuskan percepatan pemilu dari tahun 2002 menjadi tahun 1999.

Tumbangnya Soeharto dan Orba membuat Golkar menjadi sasaran amarah masyarakat. Parpol berlambang pohon beringin yang identik dengan Soeharto dan Orba dituntut dibubarkan karena dianggap sebagai sumber bencana. Namun, tuntutan itu sia-sia. Golkar tak dibubarkan oleh penguasa. Ini berkat kepiawaian Akbar Tandjung yang memimpin Golkar pada 1998. Dan bahkan Golkar mengikuti Pemilu 1999, pemilu pertama di era reformasi.

Strategi Akbar untuk menyelamatkan Golkar antara lain adalah menghapus jabatan Ketua Dewan Pembina. Sebelumnya posisi itu diduduki oleh Soeharto. Selain itu Akbar juga tak memasukkan anak-anak Soeharto dalam kepengurusan 1998-2003. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan stempel Golkar bagian dari Orba. Sebelumnya di era Soeharto, dua anak Soeharto yakni Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut dan Bambang Trihatmodjo menjadi pengurus teras DPP Golkar.

Runtuhnya rezim Orba juga berdampak terpecahnya Golkar. Sejumlah kader Golkar mendirikan parpol baru.

Keluarga Cendana, sebutan populer untuk keluarga Soeharto, juga ikut-ikutan menggembosi Golkar dengan mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pada tahun 2002 dan menjadi peserta Pemilu 2004. PKPB mengusung Mbak Tutut sebagai capres 2004. PKPB menjual nama Soeharto untuk merebut hati rakyat. Faktanya? PKPB hanya memperoleh 2,11% suara secara nasional dan 2 kursi di DPR! Karena perolehan suaranya sangat kecil PKPB urung mengusung Mbak Tutut sebagai capres.

Golkar kembali merangkul keluarga Cendana. Titiek Soeharto dan adiknya, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), dimasukkan dalam kepengurusan Golkar di bawah pimpinan Aburizal Bakrie periode 2010-2015. Saat ini Titiek Soeharto masih bertahan di Golkar, sedangkan Tommy mendiikan Partai Berkarya yang akan ikut berlaga pada Pemilu 2019.

***

PADA Pemilu 1999 Golkar menjadi runner up. Selanjutnya pada Pemilu 2004 Golkar keluar sebagai juara. Tapi prestasi ini tak bisa dipertahankan pada Pemilu 2009, di mana Golkar menempati posisi kedua. Demikian pula pada Pemilu 2014 Golkar harus puas menjadi runner up.

Sayangnya prestasi Golkar di pemilu legislatif tersebut tak diikuti keberhasilan di pemilu presiden. Kader-kader yang diusung Golkar tak berhasil memenangkan empat kali pemilihan presiden, yakni tahun 1999, 2004, 2009, dan 2014. Padahal Golkar kala itu berjualan nama Soeharto dengan harapan laku.

Bagaimana nasib Golkar pada Pemilu 2019? (Arif RH)

 

Baca Juga:

14 Menteri Ikut Andil dalam Kejatuhan Soeharto

Jawaban Habibie Diisukan Mundur dari Soeharto : “Saya Bukan Pengecut”

Soeharto Gagal Jadi Presiden Seumur Hidup!

Prof Syamsuddin Haris: Orba Paling Bengis dalam Sejarah RI

Kantor PDI Saksi Bisu Kebengisan Rezim Orde Baru

Kebangkitan Soeharto di Tangan Tommy

Tommy Soeharto Resmi Pimpin Partai Berkarya

Tommy Soeharto Dikukuhkan Jadi Ketua Umum Partai Berkarya

Titiek Soeharto Kecam Larangan Pasang Gambar Tokoh Nasional

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.