Kamis, 25 April 24

Anies-Sandi Unggul, Ini Analisis Tajam Denny JA

Anies-Sandi Unggul, Ini Analisis Tajam Denny JA
* Duet Anies-Sandi.

Jakarta, Obsessionnews.com – Mendekati Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April 2017, publik sempat diramaikan dengan isu hilangnya lembaga survei. Isu ini seakan menggambarkan lembaga s‎urvei tidak seberani pada putaran pertama yang rajin merilis hasil surveinya tentang beberapa kandidat yang disebut-sebut elektabilitasnya tidak tertandingi.

Namun, belakangan lembaga survei hampir tidak terlihat dalam mengekspos tentang perkembangan situasi politik di masyarakat khususnya mengenai kesiapan warga DKI dalam menghadapi Pilkada DKI. Entah apa yang menjadi alasannya, mengapa riset dan kajian lembaga survei tidak seramai seperti di putaran pertama.

Di tengah sorotan itu, Peneliti LSI ‎Denny JA tiba-tiba mengeluarkan ‎ survei terbarunya soal pertarungan Pilkada DKI. Hasil surveinya menunjukkan pasangan nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno lebih unggul dibanding pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Anies-Sandi ‎diprediksi memperoleh suara sebesar 51,4 persen, sedangkan Ahok-Djarot  42,7 persen. Denny memang tidak bisa memastikan hasil risetnya 100 benar dan tidak terbantahkan. Namun ia yakin, warga Jakarta akan memiliki gubernur baru, karena survei yang dilakukan bukan hanya asal, tapi dibarengi dengan data. ‎

“Jadi, jika Pilkada Jakarta dilakukan saat survei ini dilakukan, Jakarta akan punya gubernur baru yakni Anies-Sandi. Gubernur pejawat tergusur oleh gubernur baru, dengan selisih 8,7 persen,” kata Denny JA, di  Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (13/4/2017).

Denny JA dalam rilis di laman Facebook-nya mengungkapkan ada lima alasan yang punya efek elektoral yang besar, dan sangat menentukan naik-turunnya suara kandidat. Dari lima itu, dua isu dinilai menguntungkan Ahok, sedangkan tiga isu lainya menguntungkan Anies. ‎

Pertama, tingkat kepuasaan publik terhadap kinerja Ahok sebagai gubernur cukup baik. Survei ini menunjukkan tingkat kepuasaan publik terhadap kinerja Ahok masih diatas 70 persen, tepatnya sebesar 73,0 persen. Dengan kepuasan publik yang cukup tinggi, Ahok seharusnya lebih mudah mengonversinya menjadi dukungan.

Kedua, meskipun masih mayoritas namun pemilih yang menilai Ahok menista agama cenderung menurun. Saat ini mereka yang menilai Ahok menista agama terkait kasus al-Maidah ayat 51 sebesar 52,3 persen. Pada Maret 2017, mereka yang menilai Ahok menista Agama sebesar 53,3 persen.

“Jika tren prosentase yang menilai Ahok menista agama menurun, peluang Ahok untuk didukung makin besar,” ujarnya.

Meski dalam dua tren isu itu Ahok diunggulkan, namun, dalam analisis Denny disebutkan. Anies punya peluang lebih besar untuk menang dengan tiga alasan atau isu. ‎
‎‎
Pertama, persentase pemilih yang menginginkan gubernur baru masih tinggi. Survei April 2017 menunjukkan sebesar 54,1 persen pemilih ingin gubernur baru. Makin tinggi sentimen ingin gubernur baru, makin tinggi pula dukungan untuk Anies-Sandi.

Alasan ini mungkin terkesan sangat kontradiktif, karena di awal Denny sudah menyampaikan bahwa publik banyak yang puas dengan kinerja Ahok. Lantas kenapa rakyat banyak yang menginginkan gubernur baru?‎‎

Menurut Denny, variabel kedua ini jawabanya. Mereka yang tak rela Jakarta dipimpin oleh gubernur tersangka masih mayoritas. Survei menunjukan 55,4 persen publik menyatakan mereka tak rela gubernurnya seorang tersangka penista agama. Hanya 26,9 persen yang menyatakan mereka tidak masalah dengan status tersangka seorang gubernur.

Kepuasan yang tinggi atas kinerja Ahok terganjal “masalah hati.” Yang dimaksud Denny adalah warga terlanjur sakit hati dengan isu penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok. Persoalan ini memang kompleks, tapi harus diakui kasus penistaan agama menggerogoti suara Ahok. ‎‎

Di samping memang ada elemen agama, Ahok juga menjadi katup kemarahan dari isu lain. Termasuk, kata Denny, isu keadilan sosial, ketidaksukaan atas personalitas Ahok yang dianggap arogan dan kadang sangat kasar di muka publik.

Ketiga yang baru dalam putaran kedua adalah isu menyamankan segmen pemilih ekonomi menengah atas. Untuk pertama kalinya Anies unggul dibandingkan Ahok di segmen ini. Ini sebuah pencapain karena hasil dari perubahan citra Anies-Sandi di kalangan segmen ini.

Isu merawat keberagaman yang berkeadilan sosial dan lebih menjamin stabilitas mulai didengungkan Anies-Sandi. Selama ini kampanye Anies Sandi di “frame” media dan lawannya terlalu ke kanan, sektarian. “Itu tak membuat nyaman pemilih kelas menengah yang inginkan apresiasi pada keberagaman dan kebebasan,” ujarnya.

Sebelumnya sempat beredar video dari tim Anies yang menjadi viral ingin menjadilkan mesjid ajang kampanye mengalahkan Ahok. Bagi kelas menengah, ini mungkin langkah cerdas tapi tak membuat nyaman dan membuat mereka justru menjauh dari Anies-Sandi.

Belajar dari kekurangan itu, ‎Tim Anies kata dia, mengubah tone kampanye putaran kedua. Ini perubahan strategi yang gemilang. Ia rangkul semua pemilih dengan menguatkan rasa persatuan. Bahkan Prabowo merekam pesan dalam video yang dishare luas.

“Kini model kampanye Anies-Sandi lebih powerful, peka dan mengapresiasi keyakinan orang banyak. Sekaligus ada jaminan merawat keberagaman,” ujarnya.

Anies sekaligus mengkontraskan dirinya terhadap Ahok. Sama sama pro keberagaman, tapi Anies lebih superior. Gagasan merawat keberagamannya, jelas Denny,  lebih kental menekankan keadilan sosial, dan jaminan persatuan serta stabilitas politik.

“Dikesankan jika di bawah Ahok, segmen yang tak puas kasus penistaan agama itu akan terus bergolak. Jakarta bukan bersatu tapi terbelah.‎ (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.